Selamat Datang di Blog Ratman Boomen. Semoga Anda Mendapat Manfaat. Jangan Lupa Beri Komentar atau Isi Buku Tamu. Terima Kasih atas Kunjungan Anda.

Halaman

27 Desember 2008

(5) Al Battani

Al Battani

(Albategnius)

Si Astronom dan

Penemu Rasio Trigonometri

Oleh: Ratman al-Kebumeny

Siapakah Dia?

Orang yang di Barat dikenal dengan Albategnius ini mempunyai nama panjang Abu Abdullah Muhammad Ibnu Jabir Ibnu Sinan Al Battani. Dia seorang ahli astronomi sekaligus mahir matematika. Kelahirannya sekitar tahun 244 H / 858 M di Harran, sekarang kota Altinbasak di Turki, dekat kota Urfa. Namun, ada juga yang mengatakan ia berasal dari Battan, sebuah desa di perbatasan Harran. Dia keturunan orang-orang Sabi'an, dan awalnya menganut paganisme Hellenis, tapi kemudian ia menjadi seorang muslim. Pendidikan pertamanya ia peroleh dari sang ayah, Jabir Ibnu Sin'an Al Battani. Selanjutnya, ia belajar di Raqqa, tepian Sungai Eufrat, hingga memperoleh ilmu yang luas. Di akhir abad ke-9 M, Al Battani pindah ke Samarra untuk melanjutkan pekerjaannya hingga ia wafat di sana sekitar tahun 317 H / 929 M. Kecuali itu, disebutkan pula ia pernah belajar di Syiria, selain belajar di Raqqa dan Samarra'.

Apa Karyanya?

Minatnya yang kuat terhadap astronomi membuat Al Battani menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan ilmiah di bidang ini, hingga ia dikenal luas sebagai ilmuwan dengan berbagai hasil karyanya. Di Raqqa, Al Battani melakukan kajian dan observasi astronominya pada sekitar tahun 877-929 M dan menghasilkan banyak penemuan di bidang ini. Orang yang disebut pakar astronomi terbesar ini membuat tabel perhitungan gerakan planet (al zij as sabi') yang akurat dari hasil penelitiannya. Dia melakukan perbaikan dalam karya Ptolemy (Ptolomeus). Karya Ptolemy yang terkenal adalah Majesty. Perbaikannya dengan hitungan yang tepat tahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik sangat luar biasa, yang kita kenal sekarang sebagai hitungan hari dalam setahun.

Dengan demikian Al Battani merupakan orang pertama yang menemukan perubahan aphelion (titik terjauh) matahari. Perbedaan hitungannya dengan perhitungan modern sekarang hanya 2 menit 22 detik. Dia menemukan bahwa garis bujur apogee (jarak lintasan terjauh) matahari telah meningkat 16° 47' berdasar hitungan Ptolemy. Temuannya ini sangat penting dalam hal gerak putaran matahari dan variasinya serta persamaan waktu. Al Battani tak mempercayai trepidation (rasa takut), tapi ia percaya equinoxes (waktu siang dan malam sama panjangnya), meskipun Copernicus, seorang ilmuwan Polandia yang lahir tahun 1473 M dan terkenal dengan teori heliosentrisnya, beberapa abad kemudian mempunyai pemahaman yang salah tersebut.

Menarik apa yang dikatakan oleh Prof. Phillip Hitti mengomentari penemuan-penemuan fundamental Al Battani dalam bidang astronomi dengan pernyataannya, "Dia (Al Battani) melakukan perubahan dalam karya Ptolomeus dan meluruskan perhitungan untuk orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia juga menyatakan kemungkinan terjadinya gerhana matahari tahunan dan menentukan pergantian musim dengan akurat, menentukan ketepatan dan rata-rata orbit benda-benda langit, lama tahun dan ketepatan musim tropis serta rata-rata orbit matahari." Pengakuan jujur seorang ilmuwan Barat semacam Prof. Phillip Hitti menunjukkan kredibilitas dan kapabilitas ilmuwan muslim ini yang mempunyai sumbangan besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia hingga manfaatnya bisa kita rasakan sekarang.

Al Battani adalah ilmuwan yang kritis, dan bukan tipe pengekor. Hal ini terbukti dengan berbagai konsepnya yang bertentangan dengan Ptolomeus, dan memberikan penjelasannya. Al Battani membuktikan variasi diameter angular matahari yang memungkinkan terjadunya gerhana matahari tahunan. Tak hanya itu, ia juga mengajukan teori baru yang sangat jenius untuk menentukan kondisi terlihatnya bulan baru dengan merevisi orbit bulan dan planet. Hasil temuan Al Battani pun digunakan jauh berabad-abad setelahnya oleh Dunthorne pada tahun 1749 M. Dunthorne menggunakan cara pengamatan Al Battani yang baik sekali mengenai gerhana bulan dan matahari untuk menentukan akselerasi gerak bulan.

Al Battani juga menemukan koefisien ilmu falak untuk menentukan ketepatan tinggi dan ketepatan equinoxes 54.5" per tahun serta penyimpangan ecliptic lingkaran peredaran bola bumi) 23° 35'. Selain itu, tokoh yang satu ini terkenal juga karena temuannya yang cerdas dalam memberikan solusi permasalahan trigonometri ruang dengan mengunakan metode proyeksi orthografis. Hasil temuan Al Battani memang berkualitas, hingga Hevilius berdasarkan penyelidikannya terhadap karya Al Battani, menemukan variasi sirkular bulan. Karya Al Battani dalam bidang astronomi adalah kitabnya, yaitu Az Zij Ash Shabi' yang beberapa kali dipublikasikan di Erpoa di beberapa abad setelahnya sekitar tahun 1537 M dan 1645 M. Ini adalah bukti pengakuan dunia atas kebesaran keilmuannya di bidangnya.

Kita sekarang mengenal rasio trigonometri, bukan? Ternyata rasio trigonometri merupakan salah satu karya besar Al Battani dalam bidang matematika. Al Battani adalah orang nomor wahid yang mengganti penggunaan busur Yunani dengan sinus dan pemahaman yang jelas mengenai keunggulannya. Dia juga mengemangkan konsep cotangent dan melengkapi tabelnya dengan hitungan derajat. Karya Al Battani mengundang komentar dan pengakuan Joseph Hell dengan mengatakan, "Dalam bidang trigonometri teori sinus, cosinus, dan tangen merupakan bidang yang dikuasi orang Arab." Tak hanya itu, Baron Carra de Vaux yang awalnya meremehkan ilmuwan muslim dalam bukunya The Legacy of Islam, akhirnya mengakui kontribusi dan kapabilitas ilmuwan muslim dengan menuliskan bahwa orang-orang Arab (ilmuwan muslim) salah satunya telah memberikan landasan bagi penemuan trigonometri sferis (spherical trigonometry). Oleh karena itu, kebesaran Eropa setelahnya di masa Peurbach, Regiomantanus, dan Copernicus tak dapat dipisahkan dari para pendahulu mereka, yaitu ilmuwan-ilmuwan muslim dengan karya-karya besarnya sebagai landasannya.

Al Battani juga banyak menulis buku tentang astronomi dan trigonometri. Buku termasyhurnya adalah tentang astronomi yang dilengkapi tabel, yang pada abad ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul De Scienta Stellarum-De Numeris Stellarum et Motibus oleh Plato of Tiboli pada paroh kedua abad ke-9 M. Ada bab khusus yang membahas trigonometri di buku ini, yaitu di bab ketiga. Buku Al Battani ini terjemahan kunonya berada di Vatikan. Selain itu, Isaac Ibnu Sid (Isaac ha Hazzan), yang menerjemah dari bahasa Arab ke abahsa Spanyol sekitar tahun 1263-1277 M di Toledo, juga menerjemahkan salah satu karya Al Battani dengan judul Canons. Hingga sang fisikawan dan astronom kenamaan semacam Copernicus pun dalam bukunya De Revolutionibus Qrbium Clestium mengakui Al Battani. Begitulah Al Battani alias Albategnius, mewujudkan imannya dengan karya-karya ilmiahnya demi kemaslahatan manusia. []

0 Responses: