Selamat Datang di Blog Ratman Boomen. Semoga Anda Mendapat Manfaat. Jangan Lupa Beri Komentar atau Isi Buku Tamu. Terima Kasih atas Kunjungan Anda.

Halaman

01 Maret 2009

Istiqamah Setelah Bertaubat

Istiqamah Setelah Bertaubat

Syeikh Sayyid Quthub –rahimahullâh– membahas tema istiqamah setelah bertaubat, dan bagaimana membendung bisikan setan di dalam jiwa dengan keimanan dan amal saleh. Dia berkata: "Taubat dimulai dari penyesalan dan penanggalan maksiat, dan diakhiri dengan amal saleh yang menetapkan bahwa taubat tersebut sah dan sungguh-sungguh. Pada waktu yang sama, amal saleh memberikan konsekuensi positif dalam jiwa dengan menanggalkan maksiat. Maksiat merupakan tindakan dan gerakan. Maka, sisi luang maksiat harus diisi dengan perbuatan dan gerakan yang berlawanan. Jika tidak demikian, maka jiwa akan condong kepada dosa akibat pengaruh kekosongan yang dirasakan jiwa setelah ia menanggalkan maksiat."26

Ustadz Muhammad Khair Ramadhan Yusuf dalam bukunya berkata: "Tak ada kompromi dengan setan dan tentara-tentaranya. Artinya, tak ada kompromi dengan kejelekan dan sejenisnya, tak ada kompromi dengan kebatilan dan pengikutnya, tak ada kompromi dengan jiwa yang memerintahkan pada kejelekan.27

Pembaca yang budiman, akalmu mendorongmu untuk bertaubat, dan nafsumu melarangmu untuk itu. Perang antara keduanya terus berlangsung. Jika engkau mempunyai keinginan teguh, maka musuh akan pergi. Engkau melakukan qiyâm al- lail kemudian engkau tidur. Engkau hadir dalam majlis ilmu dan engkau tidak menangis. Kemudian, engkau berkata: "Apa sebabnya?" Allah berfirman dalam surat Âli Imrân ayat 165:

Artinya: Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." (Q.S. Âli Imrân : 165)

Engkau durhaka di siang hari, lalu tidur di malam hari. Engkau makan makanan haram, lalu hatimu menjadi gelap. Ketika pintu taubat terbuka, engkau menolaknya. Barangsiapa suka membersihkan keadaan, maka hendaknya bersungguh-sungguh dalam membersihkan amal perbuatan. Allah berfirman dalam surat al-Jinn ayat 16:

Artinya: "Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)."

Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullâhberkata: "Barangsiapa membersihkan diri, maka dia akan dibersihkan. Barangsiapa mengotorinya, maka dia akan dikotori. Barangsiapa berbuat baik di malam harinya, maka akan dipenuhi kebaikan pada siang harinya. Barangsiapa berbuat baik di siang harinya, maka akan dipenuhi kebaikan pada malam harinya."

Taubat adalah taubat.28 Barangsiapa berlaku lurus setelah taubat, maka Allah akan mengaruniakannya surga. Ketahuilah, sesungguhnya dosa memiliki pengaruh besar dalam akhir kehidupan. Jika engkau ingin akhir yang baik, tinggalkanlah dosa. Bagimu ada dua contoh sebagai berikut:

Pertama, pada suatu hari musisi terkenal Beathouven mendapat hadiah anggur Rein pada saat dia sekarat. Dia berkata: "Sayang sekali, hadiah ini datang terlambat." Kemudian nyawanya dicabut pada saat itu juga. Lihatlah saudaraku, keadaan musisi ini, dia sedang sekarat. Kata-kata apa yang diucapkannya? Tanyakan kepada dirimu mengapa dia mengakhiri hidupnya dengan jelek?

Kedua, Imam Ibnu Qudamah al-Hanbalirahimahullâh, dia selalu menghafal dan melaksanakan doa yang pernah didengarnya. Dia selalu melaksanakan dzikir shalat yang pernah didengarnya. Dia selalu melaksanakan hadis yang pernah didengarya. Dia tidak pernah meninggakan qiyâm al-lail pada masa mudanya. Dia menyedikitkan makan ketika dia sakit sebelum wafatnya. Dia wafat dalam keadaan menghitung jari sambil bertasbih.

Renungkanlah wahai pembaca yang budiman, apa yang dikatakan ulama salaf –ridhwânullâhu ‘alaihim: "Orang tertawa yang mengakui dosanya lebih baik daripada orang menangis yang durhaka kepada Tuhannya. Orang menangis menyesal atas dosanya lebih baik daripada orang tertawa mengakui gurauannya." Saudaraku, pilihlah antara kedua kelompok tadi! Mana yang engkau inginkan?

_________________

26 Lihat Jasim bin Muhammad bin Badr al-Muthawwi’, Qithâr al-Mustaghfirîn ilâ Diyâr at-Ta'ibîn, Dar al-Wafa’, 1412 H /1992 M, cet. II, hlm. 108.

27 Lihat Muhammad Khair Ramadhan Yusuf, Hakadza Qultu, Dar Ibn Hazm, Beirut, 1426 H / 2005 M, cet. I, hlm. 76.
28 Lihat kata-kata Sayyid Quthb –rahimahullâh.


0 Responses: