Selamat Datang di Blog Ratman Boomen. Semoga Anda Mendapat Manfaat. Jangan Lupa Beri Komentar atau Isi Buku Tamu. Terima Kasih atas Kunjungan Anda.

Halaman

02 April 2009

Menikahlah, Karena Nikah itu Solusi (bagian 1)

Menikahlah,
Karena Nikah adalah Solusi
(bagian 1)




Wahai pemuda-pemudi Islam!
Kalian layaknya kawula muda di dunia pada umumnya, sama seperti anak cucu Adam ketika dalam posisi jatuh cinta dalam fase ini, tetapi kalian bukan sepenuhnya sama seperti mereka dalam hal akhlak yang harus kalian emban dan sikapi secara Islami. Kalian adalah harapan umat Muhammad yang diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana Allah mengutus beliau sebagai penyempurna agama terakhir sekaligus mengakhiri risalah-Nya bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana telah difirmankan-Nya:
“Kalian adalah sebaik-baik umat yang diutus kepada manusia untuk mengajak kepada perbuatan malruf dan melarang dari pada perbuatan mungkar, dan (mengajak) beriman kepada Allah.” (Q.S. Âli ‘Imrân: 110)

Allah telah menjadikan beliau bagi kita sebagai suri teladan akhlak untuk sekalian alam sekaligus contoh tunggal dan terakhir dalam hal mencintai Allah. Risalah kita adalah mengambil perhatian dunia dan berdakwah ke seluruh pelosok dunia dari kesesatan ke cahaya Islam, dari kenistaan penyembahan materi dan kerusakan penggunaannya menjadi cahaya Ilahi yang Mahaesa yang tiada sekutu bagi-Nya serta tempat manusia bersandar. Kita kuasai dunia hingga manusia menuju ke jalan lurus yang Allah ridai agar manusia tidak terpecah belah dan supaya manusia tidak terbuai dengan hawa nafsu duniawi sebagaimana telah terjadi saat ini pada sebagian besar penduduk dunia.

Cinta kasih kalian seperti apa yang dirasakan setiap kawula muda di dunia baik dahulu maupun sekarang, karena fitrah yang diberikan kepada kalian adalah sama. Sama-sama memiliki hati, perasaan, simpati, dan cinta. Akan tetapi, kalian berbeda dengan mereka dalam hal amanah yang diembankan Allah kepada kalian. Oleh karena itulah aku katakan kepada kalian: “Saling mencintailah sebagaimana kalian rasakan. Saling merindulah sebagaimana layaknya perindu. Beranganlah sekedarnya. Saling menanamkan keikhlasan semampunya. Akan tetapi, jangan lupa batasan-batasan cinta yang ditentukan oleh syariat Islam dan diterima dunia nyata. Posisi kalian sangat berbeda dengan posisi mereka yang jauh dari syariat Islam.”

Kalian saling mencintai demi mencapai tali pernikahan dengan rasa cinta yang disyariatkan Allah untuk membentuk keluarga yang selalu bersujud kepada Sang Khaliq. Untuk meletakkan batu pondasi yang Salih di kalangan masyarakat dengan rasa cinta, ikhlas, beramal Salih kepada Allah Yang Maha esa. Agar terbina keluarga besar, kabilah, dan penduduk yang saling mencintai karena Allah. Agar kalian sebagai umat Nabi Muhammad menjadi sebaik-baik umat yang diutus kepada manusia, sebagaimana Allah berfirman secara eksplisit:
“Kalian adalah sebaik-baik umat yang diutus kepada manusia untuk mengajak kepada perbuatan malruf dan melarang dari pada perbuatan mungkar, dan (mengajak) beriman kepada Allah.” (Q.S. Âli ‘Imrân: 110)

Kalian hendaknya saling menyayangi karena Allah, karena yang mulia Rasulullah pernah bersabda:
“Barangsiapa mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, dan melarang karena Allah, maka telah sempurnalah imannya.”

Jika kalian laksanakan sabda Rasulullah ini, maka kalian akan memperoleh kemenangan dalam cinta kalian. Hanya dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nyalah, iman kalian menjadi sempurna sekaligus kalian telah muliakan agama Islam.

Ibnu Taimiyah rahimahullâh berkata: “Hukum-hukum dan larangan-larangan Allah tidak akan terpelihara dan orang-orang yang merajut silaturahim harus dibentengi dengan tiga faktor, yaitu: cinta (al-hubb), rasa takut (al-khauf), dan harapan (ar-raja′). Tiga faktor inilah yang menjadi pondasi waktu, karena sangat penting dan bermanfaat bagi yang merasakannya. Tiga faktor ini pula yang menjadi asas akhlak untuk mencapai ke jalan Allah. Tiga faktor inilah yang menjadi intisari penyembahan seorang hamba. Tiga faktor ini juga membangkitkan semangat berkarya. Maka dari itulah, ketika hati kosong dari tiga faktor ini niscaya akan menjadi sengsara yang tidak bisa disembuhkan lagi. Jika hati lemah dari tiga faktor tadi, maka imannya pun melemah menurut standar orang yang beriman.”

Islam tidak mengharamkan dan mendiskriminasi cinta. Bahkan, Islam menjunjung tinggi martabat cinta. Ruang lingkupnya sangat luas dalam masyarakat Islam. Dan, Rasulullah sendiri berwasiat bahwa seseorang tidak akan memperoleh cinta sejati kecuali dari hubungan pernikahan, sebagaimana yang termaktub dalam hadis shahih. Kita mencintai untuk membina hubungan erat yang akan membimbing kita ke jalan yang diridai Allah.
Cinta kita terbina dari rumah yang berlabelkan lâ ilâha illallâh Muhammad rasûlullâh. Pondasinya adalah ketenteraman dan sandang pangan. Udara segarnya adalah mawaddah wa rahmah. Allah berfirman:
“Dan dari tanda-tanda kebesaran-Nya adalah Dia telah menciptakan engkau dari diri-diri engkau masing-masing istri-istri agar engkau merasa tenteram di samping mereka dan mejadikan mawaddah dan rahmah di antara engkau. Sesungguhnya semua itu bukti-bukti untuk kaum yang berfikir.” (Q.S. ar-Rûm: 21)

Kasih sayang kita dapat membangun sebuah tempat tinggal yang diharumkan dengan pemantangan hawa nafsu, disegarkan dengan kesucian dan sujud kepada Allah, disinari dengan kelembutan dan kedamaian. Rumah adalah tempat satu-satunya kita bernaung dengan orang yang kita cintai seperti ibu, bapak, istri, dan anak-anak. []

0 Responses: