Selamat Datang di Blog Ratman Boomen. Semoga Anda Mendapat Manfaat. Jangan Lupa Beri Komentar atau Isi Buku Tamu. Terima Kasih atas Kunjungan Anda.

Halaman

14 Mei 2009

Sesekali Pulanglah ke Kampung



Anda pernah rindu kampung halaman tempat anda dilahirkan? Apa yang ada dalam benak jika teringat rumah tempat kita bermain saat kecil kita bersama ibu tercinta? Apa yang terbayang saat berada di tempat-tempat penuh kenangan di kampung bersama teman-teman kecil dulu?


Itulah yang saya rasakan saat beberapa waktu lalu pulang kampung. Walaupun jauh, dari Surabaya (Jatim) ke Kebumen (Jateng)nyopir sendiri ditemani istri, terasa dekat karena dibakar kerinduan mendalam akan kampung halaman. Sejak usia 12 tahun (lulus SD) saya hijrah dari desa ke kota. Menimba ilmu di kota dari SMP hingga kuliah di luar kota.

Begitu sampai di desa, bayangan masa kecil saya mulai berputar. Kenangan angon sapi (menggembala sapi), ngarit (cari rumput), repek (cari kayu bakar), slibon di cekdam (renang di waduk), main layangan, ngaji di Mesjid, saat sekolah nyeker (tanpa alas kaki) di sekolah yang bocor, dan sebagainya seolah hadir di depanku. Teman-teman masa kecilku seolah datang menemuiku, walaupun tanpa wujud. Ya...kini aku berada di sisi lain dari kehidupanku. Berada dalam episode yang baru. Tapi, kampungku adalah "identitasku" yang tak pernah akan kulupakan.



Saat di desaku, kedamaian menyelinap dalam rongga-rongga jiwaku. Tak ada bising suara kendaraan yang menyesakkan dada dan kemacetan yang membuat stres. Tak ada panas yang harus ber-AC karena udara segar ditiupkan oleh mulut dedaunan yang rindang. Tak ada hingar-bingar keramaian kota yang menimbulkan kerawanan dan kesenjangan sosial makin menjadi-jadi. Di desaku, seolah semuanya sama. Tak ada bos dan pesuruh, tak ada majikan dan pembantu, tak ada pengemis dan pengamen yang mengais uang dari minta-minta. Alam desa seolah menenggelamkan jiwa yang resah.

Aku benar-benar menikmati desaku. Memanjat pohon kelapa untuk memetik kelapa muda. Memetik cabai dan sayuran di sawah dan pekarangan. Melihat hijaunya sawah yang sedang menguning padinya. Dan mendengarkan kicau burung yang menenteramkan.



Saat tiba waktunya kembali ke hingar-bingar kota, tak terasa ada yang mengalir membasahi kelopak mataku. Haru....

Terima kasih ayah ibuku, aku mencintaimu.
Terima kasih desaku, aku akan kembali lagi menengokmu.

1 Responses (Leave a Comment):

Wasim Al Kabumainy mengatakan...

Assalamu`alaikum..kang jan dadi kelingan jamn mbiyen bae....oh ya kang aku wis gawe blog mesjid nurul huda...rewangi ngisi kang...mbok na arikel2 pa send ja : masnuhu@yahoo.com