Selamat Datang di Blog Ratman Boomen. Semoga Anda Mendapat Manfaat. Jangan Lupa Beri Komentar atau Isi Buku Tamu. Terima Kasih atas Kunjungan Anda.

Halaman

03 Juni 2009

Belajarlah dari Kisah Cinta Putri Diana dan Pemuda Gua


Kisah serupa yang terjadi pada istri Raja Aziz telah terjadi di abad 20 M, tetapi dengan metode penyampaian seorang penulis Eropa yang kita kenal dengan kisah cinta Putri Diana dengan salah seorang pemuda. Kisah ini pun dipublikasikan ke seluruh penjuru dunia dan sempat menggegerkan kursi Kerajaan Inggris karena cinta tersebut lahir tanpa dasar hukum resmi, baik secara agama dan atau undang-undang.

Ketika terjadi kecelakaan yang menewaskan Putri Diana dan kekasihnya, berbagai media massa di seluruh dunia disibukkan dengan kisah cinta mereka berdua hingga tersebarlah cerita baik dan buruknya hubungan mereka serta terbongkarlah rahasia-rahasia mereka yang selama ini disembunyikan. Kisah Putri Diana ini menjadi sebuah kisah cinta yang diabadikan di media massa, teater, dan drama-drama televisi.
Allah memberikan pelajaran kepada hamba-hamba-Nya melalui kisah-kisah seperti ini maupun kisah lainnya di dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau di dalam kejadian kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan kepada manusia betapa pentingnya konsisten berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.

Selain itu, Rasulullah juga menyatakan dalam sabdanya tentang tiga orang laki-laki yang terkurung di dalam gua: “Adalah tiga orang laki-laki sebelum melancong ke suatu tempat. Ketika tiba masuk waktu senja, mereka melihat sebuah gua dan memasukinya untuk bermalam di situ. Setelah mereka masuk, seketika itu bebatuan besar dari gunung runtuh hingga menutupi pintu gua yang mereka tempati. Mereka pun berteriak: ‘Kalian tidak akan selamat dari reruntuhan batu ini kecuali dengan bermunajat kepada Allah dengan bekal amal Salih.’ Di antara mereka ada yang berkata: ‘Ya Allah, aku memiliki putri paman yang sangat kucintai.’ –Pada riwayat lain disebutkan: ‘Aku mencintainya’, sebuah cinta sejati dari seorang lelaki– ‘Aku ingin menikahinya, namun dia menolakku. Setelah beberapa tahun kemudian dia datang kepadaku di saat musim kelaparan dan paceklik, maka aku berikan kepadanya seratus dua puluh dinar dengan syarat dia menerima apa yang akan kulakukan terhadapnya. Dan, ia pun menyetujui permintaanku itu. Ketika aku melampauinya –dalam riwayat lain: tatkala aku berada di antara dua kakinya– dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah! Dan jangan rusakkan cincin kecuali ada hakmu di situ.’ Seketika itu aku berpaling darinya dan dia adalah wanita yang sangat kucintai. Dan, seketika itu pula kutinggalkan emas yang telah kuberikan kepadanya.”

Ditambahkan lagi bahwa lelaki tadi berdoa: “Ya Allah, jika aku lakukan itu untuk mengharapkan rida-Mu, maka bebaskanlah kami dari musibah ini.” Lelaki yang lain pun berdoa, maka hancurlah batu-batu yang mengurung mereka di dalam gua hingga kemudian mereka dapat keluar dengan selamat dan melanjutkan perjalanan kembali.

(Sumber: Kitab Risâlah ilâ al-Mutahabbîn min asy-Syabâb, karya Prof. Dr. Nazhmi Khalil Abu al-‘Atha Musa, Dâr as-Salâm Kairo - Mesir)

0 Responses: