Selamat Datang di Blog Ratman Boomen. Semoga Anda Mendapat Manfaat. Jangan Lupa Beri Komentar atau Isi Buku Tamu. Terima Kasih atas Kunjungan Anda.

Halaman

07 Februari 2011

Dampak Kekacauan di Mesir, Kesempatan Menarik Turis Rusia ke Indonesia


Turis mancanegara kini berbondong-bondong meninggalkan negeri para Farao menyusul kekacauan politik dalam negeri. Bahkan tidak sedikit calon wisman yang menunda kunjungannya. Adakah kebijakan spontan untuk mendeviasikan turis Rusia dari Mesir ke Indonesia?

Ya, peluang itu kini datang setelah Mesir dirundung malang dengan demonstrasi besar-besaran yang bermaksud menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak. Jutaan orang yang keluar rumah di semua kota Mesir untuk 'berteriak' di jalanan, jebolnya sistem keamanan dalam negeri hingga kaburnya para napi, jelas bukan kondisi yang baik bagi dunia pariwisata. Negeri Farao yang tiap tahun dikunjungi puluhan juta wisman itu, kini lebih asyik masuk dalam kancah politik domestik yang bisa berkepanjangan. Hampir mirip yang dialami oleh Thailand tahun-tahun belakangan.

Sudah pasti, banyak negara menjadi risau akan keselamatan warganya yang sedang berada di negeri pyramid. Mulai dari negara besar Amerika Serikat, Jerman hingga Indonesia bersibuk ria untuk mengirimkan pesawatnya guna membawa pulang warganya, baik yang tinggal di sana maupun sekadar berlibur. Antrean panjang di bandara Kairo tidak terelakkan. Presiden Turki pun menunda kunjungan resminya. Sebuah eksodus besar-besaran sedang terjadi.

Tidak kalah dengan negara lain, Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia telah mengeluarkan imbauan agar warga negara Rusia untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke Mesir. Pada waktu yang sama, Dinas Pariwisata Rusia menyarankan warganya yang sudah berencana berwisata ke Mesir dan membeli paket wisata untuk menunda keberangkatan tanpa harus membatalkan kontrak dengan tur operatornya hingga situasi kembali normal. Bahkan saat ini, Pemerintah Rusia menghimbau kepada para biro perjalanan wisata Rusia untuk sementara waktu tidak menjual paket wisata ke negeri Farao dan meminta mereka untuk berwisata ke tempat lain yang lebih aman.

Tidak hanya itu, kini Pemerintah Rusia juga tengah bersiap-siap untuk mengevakuasi warganya bila dirasa keadaan terus memburuk. Hot line telah dibuka agar setiap warga yang dalam kesulitan dapat melakukan kontak dengan pemerintah dengan mudah serta sebuah badan ad-hoc dibentuk untuk menanggulangi berbagai kemungkinan.

Maklumlah, bagi masyarakat Rusia yang lagi gemar melancong ini, Mesir merupakan salah satu tempat favorit bagi mereka. Bukan hanya pantai dan cuacanya hangat yang dikejar, namun jarak yang tidak terlalu jauh serta ongkos melancong yang terjangkau oleh kalangan menengah menjadikan Mesir tempat wajib kunjung.

Jangan kaget, setiap tahun wisatawan Rusia ke Mesir bejumlag 2,5 juta orang. Pada periode Januari-September 2010 misalnya, jumlah wisatawan Rusia yang berkunjung ke Mesir sebanyak 1,909 juta orang atau sedikit lebih rendah dari yang ke Turki (2.818 juta orang). Dan pada saat kerusuhan merunyak saat ini saja, konon terdapat 40 ribu wisatawan Rusia yang sedang berlibur dan 30-an ribu yang tinggal sementara di sana.

Sudah dapat dibayangkan dan diperkirakan, ribuan turis Rusia bersama turis mancanegara lainnya pasti akan termehek-mehek melakukan eksodus keluar Mesir dengan berbagai cara dan dengan biaya yang tidak sedikit. Political turmoil yang sedang mewabah di Mesir itu jelas akan mengganggu kenyamanan berwisata. Dan sesuai dengan karakter pelancong Rusia, mereka akan hengkang tapi tidak pulang. Hawa dingin yang bisa mencapai minus 25 di Rusia sekarang untuk sementara harus dihindari dan lebih baik mencari hawa panas di tempat lainnya.

Nah, bila saja imbauan Pemerintah Rusia diamini oleh calon pelancong ke Mesir, maka kini ribuan wisatawan Rusia sedang menimang-nimang destinasi baru atau malah kebingungan mau pergi entah kemana. Namun yang pasti, mereka akan mencari tempat yang panas, penerbangan tidak sulit dan pantai yang indah. Alternatif yang terbuka saat ini adalah ke Thailand, Malaysia dan Indonesia.

Menurut perhitungan kasar sementara, setidaknya terdapat sekitar 20 ribuan turis Rusia di Mesir saat ini sedang eksodus dan 130 ribu turis Rusia yang akan datang ke Mesir membatalkan lalu mendeviasikan kunjungannya. Seratus lima puluh ribu turis itu kini sedang terkatung-katung dan menanti tawaran menarik dari berbagai negara yang memiliki matahari dan hawa yang hangat. Dalam kondisi pasar seperti ini, tentu berlaku rumus sederhana: siapa cepat ia dapat.

Inilah peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia beserta tur operatornya untuk segera bergerilya dan melakukan serangan taktis strategis guna menarik lebih banyak turis Rusia datang ke Indonesia. Potensi wisata dan infrastruktur yang kita miliki jelas sangat kompetitif. Dan, meskipun kepak sayap penerbangan langsung belum ada, namun wisatawan Rusia memiliki banyak pilihan, mulai dari SQ, Etihad, Emirates hingga Qatar Airways.

Walaupun masih berjarak bumi dan langit dengan Mesir, Indonesia telah mampu menjadi salah satu tujuan wisata warga Rusia. Berdasarkan data Asosiasi Tour Operator Rusia (ATOR), dalam periode Januari-Agustus 2010 jumlah wisatawan Rusia yang berkunjung ke Indonesia sekitar 50 ribu orang atau meningkat 8,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Dengan prosentase peningkatan ini, Rusia merupakan negara kedua penyumbang turis asing di antara negara-negara Eropa, setelah Inggris (10%).

Dalam periode 8 bulan pertama tahun 2010 tersebut, Rusia menempati urutan ke-15 penyumbang turis asing ke Indonesia dan urutan ke-5 di antara negara-negara Eropa (setelah Perancis, Inggris, Jerman dan Belanda). Dari data statistik tersebut, 82% wisataan Rusia ke Indonesia masuk melalui airport Denpasar dan 12% melalui airport Soekarno-Hatta.

Sementara itu, pada tahun 2009 wisatawan Rusia rata-rata menghabiskan waktu liburannya di Indonesia selama 9,8 malam atau berkurang 3 malam dibandingkan tahun 2008, akan tetapi masih tetap lebih lama 2 malam dari rata-rata wisatawan asing lainnya. Seorang wisatawan Rusia rata-rata menghabiskan biaya US$ 1.527 di Indonesia atau pada urutan keempat setelah wisatawan Norwegia (US$ 2.133), Swiss (US$ 1.709) dan Spanyol (US$ 1532). Di Bali, turis Rusia termasuk dikenal sangat royal, termasuk untuk urusan tip.

Diperkirakan turis Rusia ke Indonesia tahun ini akan mendekati angka 100 ribu orang. Jumlah ini masih kalah jauh dibandingkan dengan jumlah turis Rusia yang berkunjung ke Thailand yang berada pada kisaran 650 ribu orang atau ke Malaysia sebesar 300 ribu.

Tentu saja, gejolak politik yang terjadi di beberapa negara, seperti Thailand beberapa waktu lalu dan saat ini di Timur Tengah, yaitu Mesir dan Tunisia secara otomatis berdampak pada penurunan jumlah arus wisatawan Rusia yang berkunjung ke negara-negara tersebut. Karenanya, sudah saatnya pihak berwenang di Indonesia secepat kilat melakukan koordinasi dan bertindak secara aktif dan progresif memanfaatkan peluang yang ada.

Sekiranya saja separuh dari 150 ribu wisatawan Rusia yang saat ini kebingungan itu mampu ditarik ke Indonesia, maka dalam kalkulasi kasar akan dihasilkan devisa sebesar 114.525.000 dolar AS atau setara dengan Rp 1.030.725.000.000. Tentu ini bukan uang sedikit bukan? Apa boleh buat, derita sebuah negeri bisa jadi merupakan rejeki negeri lainnya. Namun, bila saja promosi Indonesia telat, maka seperti biasa, negara jiran tidak segan-segan untuk melahapnya.

*) M. Aji Surya adalah Diplomat Indonesia di Moskow, Rusia.
http://us.detiknews.com

0 Responses: