Selamat Datang di Blog Ratman Boomen. Semoga Anda Mendapat Manfaat. Jangan Lupa Beri Komentar atau Isi Buku Tamu. Terima Kasih atas Kunjungan Anda.

Halaman

31 Desember 2011

Saat Menunggu Pesawat Bersama Dahlan Iskan



SOAL PAK DAHLAN DAN BUMN.Ini bukan narsis atau apa, tapi sekadar sharing aja. Semalam saya bersama Pak Dahlan Iskan (Menteri BUMN, mantan Dirut PLN, CEO Jawa Pos) di bandara Cengkareng. Cukup banyak yang saya tanya dan diskusikan di kesempatan menunggu pesawat itu, mulai dari soal listrik, BUMN, Merpati (yang saya dan Pak Dahlan naiki ke Surabaya), bahkan sampai soal saya yang belum dikarunia anak hehehehe (waktu itu saya juga bareng istri). Denga tanpa pengawal, hanya memakai kemeja putih polos, celana hitam dan pastinya sepati kets kesayangannya. Sejak saya di Jawa Pos Group dan bertemu Pak Dahlan untuk pertama kalinya, beliau selalu pakai sepatu kets.

Walaupun menteri, Abah (saya manggilnya begitu ke Pak Dahlan) tetap beli karcis, dan tampak biasa saja, layaknya penumpang seperti saya. Ndak minta previlage atau ini itu ke petugas bandara. Bahkan saat masuk pesawat, seluruh penumpang disuruh naik dulu semua, baru Pak Dahlan masuk belakangan. Sambil baca koran dan sesekali BBM-an (entah dengan siapa), beliau menanggapi saya dan istri dengan ramah. Saya sama sekali ndak merasa sedang diskusi dengan menteri.

"Abah, kenapa sejak Abah nggak di PLN, listriknya sering mati dan lama hidupnya?" tanya saya.
"Ah, masa," jawabnya dengan senyum.
"Iya, Bah. kemarin di tempat saya dua hari berturut-turut, sampe 6 jam lagi," terang saya. Beliau hanya tersenyum. Saya nggak tahu apa yang dipikirkan beliau, tapi saya melihat beliau mikir setelah saya "mengadu" soal listrik.

**********

"Abah, apa bedanya di PLN sama Menteri BUMN?" tanya saya lagi.
"Sama saja. Sama-sama kerja," jawabnya singkat sambil lihat koran.
"Banyak orang ingin Abah jadi RI1 (presiden) loh," lanjut saya.
Beliau langsung lihat saya serius sambil jawab, "Ah, ndak..ndak.. jangan gitu. Nanti saya dikira kerja untuk itu. Ndak...ndak...," jawabnya.
"Tapi emang banyak loh Bah, yang ingin Abah jadi RI1. Mereka berhusnuzhon agar Abah jadi RI1," terang saya lagi.
"Ndak...ndak...jangan gitu," tegasnya lagi.

***********

"Kenapa naik Merpati," tanya Pak Dahlan sam saya yang duduk di samping kanannya.
"Murah," jawab saya singkat.
"Berapa tiketnya?" tanyanya lagi.
"Saya sama istri habis 1 juta 10 ribu PP Surabaya-Jakarta," jawab saya. Beliau manggut-manggut.

Karena belum juga ada pengumuman untuk boarding, padahal waktu sudah 20 menit telat dari jadwal keberangkatan, saya disuruh lihat pesawatnya, apakah udah datang apa belum. Saya pun langsung lihat landasan, tanya petugas, dan balik lagi ke Pak Dahlan.
"Sudah ada pesawatnya, Abah. Tapi ya emang begini, telat terus. Kemarin saya dari Surabaya juga telat. Bahkan yang ini bebrapa kali ada perubahan jadwal," kata saya.
"Dikasih tahu perubahan jadwal lewat apa?" tanya Pak Dahlan.
Saya jawab, "Lewat telpon sama SMS."

Beliau langsung pegang BB-nya.
Tak lama kemudian beliau bilang ke saya, "Saya SMS Dirutnya Merpati..."
Hahahahahaha....saya tertawa dalam hati sekaligus senang. Saya ndak perlu "mengadu" soal perubahan/keterlambatan ke Merpati, sudah langsung Pak Mentri yang ngurusi. Beliau juga tanya soal perbandingan tiket maskapai lain. Sepertinya beliau sedang mengumpulkan informasi dari penumpang, mengingat Merpati merupakan salah satu BUMN yang merugi. Apa kesan Anda dengan Dahlan Iskan? Terserah Anda. []

0 Responses: