Ibnu Khaldun
Bapak Sosiologi dan Sejarah
Oleh: Ratman al-Kebumeny
Siapakah Dia?
Siapakah yang diakui sebagai bapak sosiologi dan ilmu sejarah dari kalangan kaum muslimin? Dia adalah Ibnu Khaldun, seorang yang dilahirkan di Tunis sekitar tahun 732 H / 1322 M. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman Abu Zaid Ibnu Khaldun. Dia berasal dari keluarga kalangan atas yang berpindah dari Seville Spanyol Islam. Adapun nenek moyangnya adalah orang Arab dari Yaman yang tinggal di Spanyol pada masa awal kekuasaan Islam di sana sekitar abad ke-8 M.
Kehidupannya membentuk ia jadi seorang sosiolog (ahli sosiologi). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan semua hal yang berhubungan dengannya. Pada masa awalnya Ibnu Khaldun ikut aktif dalam keluarganya di bidang politik dan kehidupan intelektual perkotaan. Karena keluarganya mempunyai kedudukan dan pengaruh, maka tidak jarang dikunjungi oleh para pemimpin politik dan ilmuwan dari wilayah Islam Barat, yaitu Afrika Utara dan Spanyol. Kehidupan keluarganya yang demikian itulah membantu dia mempelajari karakter (sifat-sifat) masyarakat. Selain itu, kehidupannya sendiri yang penuh dengan lika-liku di berbagai kalangan membuat ia semakin mumpuni dalam menyusun teori-teori sosiologinya, hingga ia menulis kitab yang terkenal di bidang sosiologi. Setelah sekian lama mengarungi kehidupan penuh dengan hikmah yang bisa dipetik dan berkarya, Ibnu Khaldun akhirnya dipanggil oleh-Nya pada sekitar tahun 808 H / 1406 M.
Apa Karyanya?
Ibnu Khaldun meulai pendidikannya di Tunis, tanah kelahirannya, dan Fez. Di sana ia belajar Alquran dan hadis serta cabang-cabang studi Islam lainnya seperti dialektika teologi dan syari'ah (fikih Islam menurut mazhab Maliki). Selain belajar hal itu, ia juga mempelajari sastra Arab, filsafat, matematika, dan astronomi. Semangat belajarnya yang tinggi menjadikan ia seorang yang memiliki keluasan ilmu dan ketajaman pemikiran yang mendukung bidang yang digelutinya, yaitu sosiologi dan sejarah. Bahkan, di usianya yang masih muda, belasan tahun, Ibnu Khaldun sudah diberi tugas dinas oleh penguasa Mesir yang bernama Sultan Barquq.
Kehidupan pribadinya penuh dengan lika-liku dan berputar-putar. Pad satu waktu ia mengabdi pada Sultan Marinia di Fez sebagai pegawai, namun akhirnya ia dipenjara lantaran terjadi intrik penguasa (pergolakan politik dan kekuasaan). Tak berselang lama kemudian ia dibebaskan dari penjara dan kembali menjabat posisinya sebagai pegawai pemerintah. Tapi, karena suatu sebab tertentu akhirnya ia pun pindah ke Spanyol.
Pada awalnya, kedatangan Ibnu Khaldun di Spanyol disambut baik dan ramah oleh kalangan istana Granada. Tapi, lagi-lagi terjadi kekacauan politik di sana, sehingga memaksanya pindah lagi ke Afrika Utara. Di tempat inilah Ibnu Khaldun menerima jabatan tinggi dari Sultan Bujiya. Tapi, Ibnu Khaldun selalu bersinggungan dengan pergolakan politik dan masyarakat, sehingga di tempat ini pun ia dipenjara, bahkan dipenjara bersama dengan Sultan Bujiya. Peperangan dan kondisi politik yang kacau membuatnya kembali lagi ke Fez, dan selanjutnya pindah lagi ke Tunisia. Di tempat tinggal terakhir inilah Ibnu Khaldun melahirkan karya besarnya, yaitu kitab Al Muqaddimah atau Prolegomena. Kitab karyanya inilah yang berpengaruh dan diakui oleh para ahli sosiologi, sejarah, dan filsafat dalam kurun waktu berabad-abad kemudian, bahkan hingga sekarang.
Setelah terjadi ketidakpastian di Afrika Utara, akhirnya pergi ke Mesir dan menetap di sana selam 24 tahun. Perjalannya hingga sampai di Mesir diawali ketika ia dalam perjalannya ke negeri timur untuk menjalankan haji sampai akhirnya di Mesir. Ketika di Mesir, Ibnu Khaldun mulai mengabdikan diri pada kesultanan Mamluk, yaitu Sultan Barquq sebagaimana disebutkan sebelimnya. Di Kairo ia menjabat sebagai Hakim Agung pada mazhab Maliki. Di sana Ibnu Khaldun juga mengajar di Universitas Al Azhar.
Kehidupan Ibnu Khaldun dari istana ke istana, dari penguasa satu ke penguasa lain menjadikannya memiliki pengalaman dan ilmu sosiologi serta sejarah yang luas dan dalam. Dia banyak menimba ilmu dari para politisi, duta besar, dan ilmuwan Afrika Utara, Spanyol Islam, Mesir, dan ilmuwan muslim lainnya. Maka, tak heran apabila ia terkenal sebagai ahli sosiologi dan sejarah, apalagi dengan kitab Al Muqaddimah-nya yang menjadikannya semakin diakui kepakarannya di bidang itu.
Tema utama kitab Al Muqaddimah membahas kenyataan sosial dan lingkungannya dari aspek psikologi (kejiwaan) maupun ekonomi yang berpengaruh pada perkembangan kehidupan manusia. Ibnu Khaldun menjelaskan dinamika kehidupan antar kelompok yang melahirkan masyarakat baru dengan kekuatan politiknya. Dia juga membahas dan mengkaji kemajuan dan kemunduran suatu kehidupan masyarakat dan sebab-sebabnya. Ia paparkan hal itu dengan ketajaman pemikirannya dan keluasan pengalaman peribadinya dalam berbagai pergolakan politik kekuasaan dan masyarakat. Kitab Al Muqaddimah tidak sekedar teori, tapi pengalaman yang dijalani oleh penulisnya sendiri, sehingga membuat kitab itu berbobot.
Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa sejarah senantiasa berulang dalam kehidupan masyarakat. Ia menjelaskan roda kehidupan sebuah masyarakat atau peradaban bahwa pertama kalinya mereka berhasil menciptakan kehidupan baru dengan baik, tapi setelah berlangsung tiga generasi, mereka akan kehilangan kekuatannya dan akhirnya bisa mengalami kemunduran. Penjelasan lebih rinci teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Para penguasa dan pejabat generasi pertama mengetahui persis apa-apa yang menyebabkan keberhasilan mereka mencapai kekuasaan.
2. Penguasa generasi kedua dari mereka turut terlibat dalam dalam upaya penaklukan, sehingga mereka mengetahui hal-hal yang diperlukan untuk tegaknya sebuah kekuasan berdasarkan pengalaman dari generasi pertama.
3. Penguasa generasi ketiga hanya mengetahui hal-hal yang menjadikan keberhasilan kekuasaan dari generasi kedua.
4. Penguasa generasi keempat merasa bahwa kekuasan dan kehormatan itu adalah miliknya sejak lahir. Mulai generasi keempat inilah muncul pergolakan kekuasaan, yang bisa melahirkan kemunduran, bahkan kehancuran.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa peran agama (Islam) adalah menyatukan orang Arab (kaum muslimin) dan membangkitkan kemajuan peradaban masyarakatnya. Dia juga menunjukkan bahwa ketidakadilan dan kezaliman merupakan tanda-tanda yang jelas bagi keruntuhan suatu negara.
Sedangkan dalam sejarah, Ibnu Khaldun menyampaikan bahwa kesalahan-kesalahan para sejarawan (ahli sejarah) dalam studi mereka diakibatkan karena tiga faktor berikut ini, yaitu:
1. Kebodohan mereka terhadap sifat-sifat peradaban dan orang.
2. Prasangka dan pandangan pribadi yang negatif dahulu (subyektifitas).
3. Penerimaan secara buta atas informasi dari orang lain.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa kemajuan peradaban didasari atas pemahaman terhadap sejarah dengan benar. Dan pemahaman yang benar terhadap sejarah akan dapat diperoleh dengan tiga hal, yaitu:
1. Seorang ahli sejarah hendaknya tidak berprasangka membela atau menolak seseorang atau idenya. Jadi, seorang sejarawan hendaknya obyektif (jujur) dalam memahami persolan yang terjadi.
2. Seorang ahli sejarah haris mengecek, meneliti, dan mengkaji informasi sejarah yang diterimanya. Seumber informasi itu harus diperiksa kualitas moralnya, ia jujur atau tidak.
3. Seorang ahli sejarah hendaknya tidak membatasi kajiannya pada persoalan politik dan militer saja, atau tentang penguas dan negara saja. Karena, sejarah meliputi banyak hal, termasuk kondisi sosial, agama, dan ekonomi.
Karya lain dari Ibnu Khaldun adalah kitab Al Tasrif. Kitab ini banyak berhubungan dengan kejadian-kejadian kehidupan Ibnu Khaldun sendiri. Selain kitab Al Muqaddimah dan Al Tasrif, Ibnu Khaldun juga menulis kitab Al I'bar. Kitab ini sangat bermanfaat dan mempunyai mutu yang bagus karena ditulis oleh pakarnya. Kitab Al I'bar membahas banyak sejarah berikut ini:
1. Sejarah Arab Sejarah Islam
2. Sejarah para penguasa muslim
3. Sejarah Mesir dan Afrika Utara
4. Sejarah Yunani
5. Sejarah Romawi
6. Sejarah Yahudi
7. Sejarah Persia
8. Sejarah
Kitab-kitabnya telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan mempunyai pengaruh yang besar, baik di Timur maupun di Barat. Karya-karya Ibnu Khaldun telah menjadi sumber inspirasi perkembangan lebih lanjut dari ilmu-ilmu sebagaimana yang digeluti Ibnu Khaldun, yaitu sosiologi, sejarah, filsafat, dan lainnya. Sampai-sampai Prof. Gumm Ploughs dari Kolosio menganggap Al Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun lebih unggul dalam keilmiahannya daripada buku The Prince-nya Machiavelli yang ditulis satu abad setelah Al Muqaddimah.
Perlu diketahui pula bahwa versi ringkas Al Muqaddimah, an Introduction to History (suatu pengantar sejarah) telah diterbitkan oleh Princeton University Press, Bollingen Series pada tahun 1981 M. []
18 Februari 2009
(13) Ibnu Khaldun
Ratman Boomen 18 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 Responses:
Posting Komentar