Perhatikanlah wahai pemudi Islam kepada Sayyidah Khadijah, bagaimana ia memposisikan dirinya sebagai istri yang salihah ketika memeluk suaminya (Rasulullah) di saat beliau dalam keadaan kesulitan. Ia menginfakkan seluruh hartanya untuk dakwah baik diminta ataupun tidak diminta. Ia selalu berada di samping Rasulullah bagaimanapun kondisi yang beliau hadapi. Dan, ia pun selalu menyebutkan kemuliaan akhlak Rasulullah dengan mengatakan kepada Rasulullah sendiri di saat beliau dalam keadaan sangat takut sekali: “Tidak demikian, demi Allah! Allah tidak akan menghinakanmu. Sesungguhnya engkau selalu menyambung silaturahim, berbicara benar, tetap tegar, memuliakan tamu, dan membantu yang benar.”
Ini adalah sebuah pelajaran untuk para wanita ketika menghadapi suaminya yang sedang merasakan jiwanya dalam kegalauan dan perasaan hina (rendah diri). Wanita yang cerdas adalah yang selalu berada di samping suami dan menenangkannya di saat ia gundah serta dalam kesulitan, selalu menyebutkan kemuliaan akhlak dan tugasnya sebagai suami, kebaikan hubungannya dengan masyarakat sosial dan wawasan keilmuannya. Dan, bukan justru menambah kekacauan.
Perhatikanlah kembali Ummu Salamah dengan cintanya kepada suami yang sangat menakjubkan dan jarang sekali ditemukan. Seluruh keikhlasannya diberikan kepada suami tercinta hingga akhir hayatnya. Bahkan, ia sempat menolak lamaran sahabat Rasulullah yang tidak diragukan lagi kemuliaannya, karena ia tidak menemukan seorang pun yang mampu menggantikan posisi suaminya yang telah mengisi hatinya dengan cinta, kelembutan dan kasih sayang, sedangkan ia hanya wanita janda yang sudah mempunyai anak. Tidak seorang pun yang mampu menandinginya kecuali sebaik-baik manusia, yaitu Rasulullah.
Setelah ia tahu bahwa Rasulullah ingin mempersuntingnya, ia pun ungkapkan segala masalah dan kekurangannya sehingga hidup yang akan mereka tempuh nantinya jelas dan tidak ada ketertutupan. Rasulullah ketika bersamanya menjalin hubungan harmonis sebagai suami istri. Rasulullah memberikan suri teladan dengan memenuhi janji, memuliakan, dan berakhlak mulia terhadapnya.
(Sumber: Kitab Risâlah ilâ al-Mutahabbîn min asy-Syabâb, Prof. Dr. Nazhmi Khalil Abu al-‘Atha Musa, Dâr as-Salâm Kairo - Mesir)
03 Juni 2009
Beginilah Cinta Dua Wanita Salihah
Ratman Boomen 03 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
1 Responses (Leave a Comment):
Luar biasa ... postingan mas Ratman membuat aku iri saja... Benar aku sepakat sekali dengan pendapatnya mas Ratman, aku jadi iri ingin segera menunaikan sunah nabi :D enak kali ya makan berdua, mandi berdua tidur berdua serasa dunia milik berdua...terus yang lain kemana?? ngontrak dong ha ha ha :D Ada yang bilang bahwa rahasia kesuksesan dari seorang suami adalah pada istrinya. Istri dapat menjadi motivator kita yang sangat kuat sekali, dikala kita sebagai seorang suami :D merasa putus asa terkadang pelukan dari seorang istri dapat menenangkan pikiran kita membuat kita semangat lagi untuk bekerja dan berkarya :D oh.. seandainya saja...
Mas Ratman jujur sebenarnya banyak dari kita temen-temen UIN ingin menikah tapi sayangnya banyak dari mereka takut, lantaran belum dapat pekerjaan yang tetap atau belum bekerja atau sambilan. Bagaimana pandangan kang Ratman sendiri tentang hal ini...
Mas Ratman kalo masalah louncing buku sebenarnya kita (aku dan penerbit) bisa-bisa saja mengadakan dimanapun. Tetapi semuanya itu tergantung dari penerbit. Biasanya penerbit mau mengadakan laouncing buku jika banyak permintaan dari setempat (pembaca)... makanya kerahkan semua temen mas Ratman kontak penerbit Andi (E-mail/ telp) agar mengadakan louncing buku di Surabaya :D he he he...kalo aku bagiannya ngisi acaranya wis he he he...
Mas Ratman gimana kabar istri.. baik? :D masih minta mangga ga..he he he ... :D sukses selalu untuk mas Ratman....
Posting Komentar