Tanya Jawab tentang Taubat
Pemberian Waktu kepada Para Pelaku Maksiat9
Soal:
Apa hikmah Allah memberikan waktu kepada para pelaku maksiat?
Jawab:
Supaya hamba tahu bahwa ampunan dan berbuat baik itu lebih Allah cintai daripada menyiksa atau membalas dendam. Dan, supaya hamba tahu betapa besarnya kasih sayang, kebaikan, dan kemuliaan Allah. Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyabar memberikan waktu kepada para pelaku maksiat hingga mereka betaubat. Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 61:
"Jikalau Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata." (Q.S. an-Nahl : 61)
Dosa-dosa Hamba
Soal:
Mengapa Allah menetapkan dosa atas hamba-hamba-Nya?
Jawab:
Agar mereka tidak membangga-banggakan diri dan juga agar iblis merasa terhina. Karena, seorang nelayan jika ia sedang menangkap ikan dan ikan tangkapannya lepas dari jaringnya, maka penyesalannya akan lebih dalam daripada dia belum menangkapnya sama sekali. Juga agar Nabi saw. berkenan memberikan syafa’at. Yahya bin Muadz ar-Razi berkata: "Dia menjerumuskan atau menyelamatkan dari dosa untuk memberitahukan hamba betapa mereka butuh kepada Allah. Kemudian, Dia menyelamatkan mereka untuk memberitahukan kemuliaan-Nya atas mereka."
Bantahan atas Argumen Pelaku Maksiat yang Berkata: "Tuhanku Memberi Petunjuk Kepadaku."10
Soal:
Apa yang harus kita lakukan jika kita mengajak seseorang untuk bertaubat kepada Allah, kemudian dia menjawab: "Sesungguhnya Allah tidak mentakdirkan hidayah atas diriku." Atau dia menjawab: "Sesungguhnya Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki."?
Jawab:
Pertama, untuk orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah tidak mentakdirkan hidayah atas diriku." Kami bertanya: "Apakah engkau mengetahui hal gaib atau engkau mengambil janji dari Allah?" Jika dia menjawab: "Ya." Maka, kami jawab: "Jadi, engkau kafir, karena engkau mengklaim mengetahui hal gaib." Jika dia menjawab: "Tidak." Maka, kami jawab, "Engkau kalah." Jika engkau tidak tahu bahwa Allah tidak metakdirkan hidayah atas dirimu, maka berjalanlah di jalan hidayah. Allah tidak menutup hidayah darimu. Bahkan, Dia mengajakmu dan mendukungmu ke jalan hidayah. Dia memperingatkanmu dan melarangmu dari kesesatan. Allah tidak ingin membiarkan hamba-Nya jatuh dalam kesesatan untuk selamanya. Allah berfirman dalam surat an-Nisâ' ayat 26:
"Allah hendak menerangkan (hukum syari'at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Q.S. an-Nisâ' : 26)
Bertaubatlah kepada Allah! Allah akan sangat bahagia dengan taubatmu. Ada sebuah riwayat tentang seseorang yang kehilangan binatang tunggangannya yang membawa makanan dan minumannya. Dia merasa putus asa. Dia tidur di bawah pohon sambil menunggu ajal. Dia terbangun dan melihat tali kekang untanya terikat dengan pohon. Kemudian, dia mengambil tali untanya tersebut dan berkata, "Wahai Allah, Engkau hambaku dan aku tuhan-Mu." Dia sampai-sampai salah ucap karena sangat bahagia. Sebenarnya dia ingin berkata, "Wahai Allah, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu."
Kedua, untuk orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki." Jika Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki, maka inilah argumen atas dirimu. Berjalanlah di jalan petunjuk hingga kamu termasuk orang yang dikehendaki Allah mendapat hidayah-Nya. Sebenarnya jawaban seperti ini dari seorang pelaku maksiat menjadi hujjah bagi kita. Jawaban seperti ini tidak membawa manfaat baginya di hadapan Allah. Karena, Allah berfirman dalam surat al-An’âm ayat 14811:
"Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun." Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga kamu dapat mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta." (Q.S. al-An’âm : 148)
Bagaimana Manusia Melepaskan Diri dari Kerasnya Hati?
Soal:
Bagaimana manusia dapat melepaskan diri dari kerasnya hati, dan apa sebab-sebab hati menjadi keras?
Jawab:
Dosa, kemaksiatan, sering lalai, berteman dengan orang-orang yang lalai dan fasik adalah sebab-sebab kerasnya hati. Adapun kelembutan, kebersihan, dan tenangnya hati adalah dengan taat kepada Allah, berteman dengan orang-orang yang berbuat baik, menggunakan waktu untuk berdzikir, membaca Al-Qur'an dan istighfar. Barangsiapa menggunakan waktunya untuk berdzikir, membaca Al-Qur'an, berteman dengan orang-orang yang berlaku baik, dan menjauhkan diri dari berteman dengan orang-orang yang lupa, maka hatinya akan bersih dan lembut. Allah berfirman dalam surat ar-Ra’du ayat 2812:
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram." []
___________________
9 Lihat al-’Allamah Syihabuddin Ahmad bin Ammad al-Aqfahsi, Kasyf al-Asrâr ‘ammâ Khafiya min al-Asrâr, Tahqiq:
Muhammad Khair Ramadhan Yusuf, Dar Ibn Hazm, Beirut, 1426 H / 2005 M, cet. I, hlm. 80.
10 Lihat Khalid al-Juraisi, Fatâwâ al-Balad al-Haram, Pengantar: Sa’ad bin Abdullah al-Buraik, 1420 H / 1999 M, cet. I, hlm.
11 Diambil dari Fatâwâ asy-Syeikh Ibn ‘Utsaimain, juz II, hlm. 964.
12 Lihat Syeikh Ibn Baz, Majmû’ah Fatâwâ wa Maqâlât Mutanawwi’ah, juz V, 244.
0 Responses:
Posting Komentar